Media sosial ini kadangkala
membuat kita meletakkan asumsi yang keliru dan naif sekali.
Karena kita selama ini, jika
mengkritik orang lain, maka otomatis nafsu menghancurkan, menjelek-jelekkan muncul
semuanya. Lupa, bahwa itu asumsi keliru dan naif sekali, orang lain tidak
begitu semua, tidak seperti kita.
Berhentilah meletakkan asumsi
yang keliru dan naif sekali atas setiap postingan orang lain. :)
Media sosial ini persis seperti majalah dinding, semua orang bisa meletakkan tulisan di mading itu. Sebagai pembaca, maka kita berdiri tegak membaca, tidak perlu bereaksi berlebihan. Jika tulisannya lucu, kita tertawa, berkomentar secukupnya. Jika tulisannya penuh inspirasi, kita mengangguk takjim, berkomentar secukupnya. Jika tulisannya bermanfaat, kita bagikan, kita pahami, berkomentar secukupnya. Jika tulisannya lebay, jelek, tidak sependapat dan sebagainya menurut kita, pun sama, cukup berhenti dibaca, pindah ke tulisan lain, tidak perlu habiskan waktu untuk tersinggung, komentar marah, apalagi memaki. Karena boleh jadi, maksud tulisan tersebut tidak seperti yang kita pikirkan.
Sepakat? Baik.
-tere liye
Media sosial ini persis seperti majalah dinding, semua orang bisa meletakkan tulisan di mading itu. Sebagai pembaca, maka kita berdiri tegak membaca, tidak perlu bereaksi berlebihan. Jika tulisannya lucu, kita tertawa, berkomentar secukupnya. Jika tulisannya penuh inspirasi, kita mengangguk takjim, berkomentar secukupnya. Jika tulisannya bermanfaat, kita bagikan, kita pahami, berkomentar secukupnya. Jika tulisannya lebay, jelek, tidak sependapat dan sebagainya menurut kita, pun sama, cukup berhenti dibaca, pindah ke tulisan lain, tidak perlu habiskan waktu untuk tersinggung, komentar marah, apalagi memaki. Karena boleh jadi, maksud tulisan tersebut tidak seperti yang kita pikirkan.
Sepakat? Baik.
-tere liye
0 komentar:
Posting Komentar